Perspektif mahasiswa psikologi tentang pembelajaran tatap muka yang kemungkinan dijalankan di semester depan
Tak terasa ya kita udah ada di ujung tahun
2020, yang sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2021. Tentu dengan semangat
dan harapan baru. Penuh dengan optimisme menyongsong tahun baru dengan
kehidupan yang lebih baik. Tak terasa pula pandemi COVID-19 telah sembilan
bulan melanda negara kita ini. Dampaknya yang menonjol tidak hanya dirasakan
dalam bidang ekonomi dan kesehatan, tetapi juga dalam bidang pendidikan serta
bidang-bidang lain. Beberapa pemerintah daerah telah memutuskan menerapkan
kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan
sistem daring atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan
di beberapa wilayah provinsi di Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang
juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi lainnya.
Akan tetapi pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan keputusan untuk mengizinkan
kegiatan tatap muka di sekolah dimulai pada Januari tahun 2021. Mengacu kepada
keputusan tersebut, tentunya diperlukan kesiapan yang matang bagi semua pihak
untuk mempersiapkan secara menyeluruh aspek kesehatan yang dibutuhkan,
khususnya bagi pelajar yang akan memulai kegiatan tatap muka di kampus. Saya
sebagai mahasiswa fakultas psikologi mendengar kabar gembira ini sangat senang
karena, saya sudah sangat merasa jenuh melakukan pembelajaran daring ini selama
perkuliahan online ini.
Disisi lain kita juga harus melihat
kebijakan peraturan yang ditetapkan pemerintah daerah dalam dalam pengizinan
kuliah tatap muka ini seperti halnya: "Perguruan
tinggi harus tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan warga kampus yang
meliputi mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, serta masyarakat sekitar,".
Pemerintah khususnya pemerintah daerah harus menyiapkan aturan protokol
kesehatan yang ketat untuk sekolah maupun kampus dan adanya selain hal tersebut
sekolah juga perlu menyiapkan aturan dan Sumber Daya Manusia yang siap. Perlu
menerapkan screening protokol kesehatan dari mulai suhu tubuh hingga menerapkan
3M, serta sekolah juga perlu mengatur jumlah siswa yang akan masuk di dalam
kelas. Kapasitas bisa dikurangi hingga 25 persen saja yang bisa belajar di
kelas, hal ini penting untuk menjaga jarak bagi setiap anak di kelas. “Walaupun risiko anak terkena virus corona lebih rendah,
bukan berarti kewaspadaan terhadap hal tersebut hilang ya”.
Disamping itu juga saya pribadi senang
mendengar kabar baik ini dan takut juga dikarenakan masih adanya virus corona ini. Tapi kalau
terus-terusan begini sampai kapan siswa atau mahasiswa belajar daring seperti
ini? Mahasiswa banyak yang mengeluh atas pembelajaran daring ini seperti halnya
kurangnya pemahaman materi yang disampaikan dosen, sering kurang serius dalam
pembelajaran, banyaknya kecurangan dalam belajar dan kurangnya interaksi
mahasiswa dengan dosen. Banyak juga siswa atau mahasiswa yang stres dalam
belajar daring ini yang hanya dikasih tugas-tugas yang menumpuk dengan waktu
yang sangat singkat dan mengundang mental break down.
Sementara itu kalau memang benar-benar
semester depan akan dilaksanakanya kuliah tatap muka mahasiswa juga harus
mengikutin protokol kesehatan yang baik supaya dapat membantu memutuskan mata rantai penyebaran virus
Covid-19. Saya juga percaya bahwa mahasiswa lain akan seneng mendengar kabar
gembira ini, karena ini mengundang semangat baru yang membuat mereka semakin
giat untuk meraih cita-cita mereka dan ingin merasakan kehipuan kampus yang
sesungguhnya mereka inginkan.
Referensi:
https://www.liputan6.com/news/read/4424215/tahun-depan-perkuliahan-dapat-dilakukan-secara-tatap-muka-dan-daring
Nama : Kiki Rizky Amanda
Nim : 201301019
Kelas : A
Komentar
Posting Komentar